
Badan Riset dan Inovasi Nasional bersama Yayasan Museum Prabu Siliwangi berkolaborasi penelitian di bidang arkeologi, bahasa, dan sastra. Kolaborasi ini diwujudkan dengan penandatangan naskah Nota Kesepahaman kedua pihak pada Rabu (15/01) di Sukabumi, Jawa Barat. Naskah ditandatangani oleh Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara dan Muhammad Fajar Laksana selaku Ketua Pengurus Yayasan Museum Prabu Siliwangi.
Herry mengungkapkan dirinya menyambut baik kesepakatan tersebut yang diinisiasi oleh Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah (PR APS). ”Harapan kami, kerja sama ini dapat dikembangkan lebih luas lagi sesuai dengan kebutuhan, termasuk melengkapi narasi koleksi museum sejarah Sunda,” ujarnya.
Melengkapi informasi tersebut, Irfan Mahmud selaku Kepala PR APS menjelaskan bahwa jalinan kerja sama tersebut bermula dengan penjajakan kerja sama sejak Maret 2023. ”Selanjutnya, PR APS diminta membantu melakukan kolaborasi riset koleksi sesi pertama pada bulan april 2023. Kemudian, tahun 2024 juni dilakukan pendampingan kurator museum dan analisis sesi kedua,” urai Irfan.
Berikutnya, dikatakannya, pada bulan November 2024, pihak museum meminta bantuan analisis koleksi. Di mana, masing – masing sesi dukungan keahlian berlangsung selama tiga hari. ”Koleksi ini sangat banyak dan beragam, lantas kemudian, kami berdiskusi untuk menuangkan secara formal dalam naskah kerja sama ini,” lanjutnya.
Seremoni penandatanganan naskah kerja sama ini berlangsung saat digelarnya kegiatan Seminar Hasil Penelitian BRIN Tahap ke-3. Seminar ini menghadirkan para periset PR APS BRIN. Dalam kesempatan ini, Yusmaini Eriawati memaparkan hasil analisis keramik dari periode abad 10 hingga abad 19-20.
Sedangkan, Jatmiko membahas hasil analisis koleksi alat batu dan prasejarah yang menunjukkan awal kebudayaan di Sukabumi dan wilayah Sunda pada umumnya. Seperti contohnya alat serpih (pisau batu), beliung, lesung, dan lain – lain. Lalu, Rr. Triwurjani membahas temuan logam bentuk, makna dan fungsinya. Contohnya koleksi kujang, parang, keris, dan perhiasan. Terakhir Rath Kautsar Firdaus, mengungkap kadar unsur pada koleksi logam dengan XRF. Ia menemukan bahwa rata – rata koleksi benda logam memiliki kadar besi antara 97-98%.